Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2009

Mana Pembuktiannya?

Wacana yang hampir tidak pernah dilontarkan apakah perlu dibuktikan? saya rasa hal tersebut tidak perlu. Ternyata dalam banyak hal, justru menjadi clear enough dan tidak perlu dipertanyakan lagi. Yup, setiap yang lazim dilalui setiap orang, kemapanan dan pekerjaan, kekasih dan pernikahan, pendidikan, serta mungkin dapat bertambah lagi persoalannya. Setiap levelitas kehidupan pasti menunjukkan masalahnya masing-masing. Seperti hukum kepuasan (dalam ekonomi) saja, saat mencapai titik kulminasinya maka akan kembali datar dan semakin berkurang kepuasan kita. Mapan melihat kaya dan berdiri diatas si miskin, kaya melihat konglomerat, begitu seterusnya jalur vertikal yang tak kunjung henti. Masing-masing memiliki keinginan yang tak pernah terpuaskan, juga sama-sama diliputi kebimbangan pada hal-hal yang lazim seperti disebutkan diatas. Menjadi seseorang yang lazim seperti kebanyakan orang mungkin syarat dimana kebimbangan kita sidah terjawab. Misal dalam umur 22 tahun seharus...

Coba aja kalau berani...!

Kata coba berarti menjajal, berawal dari yang katanya iseng namun sesungguhnya adalah upaya pemenuhan rasa penasaran. Sama dengan mencicipi produk demo version, trial version, test drive dan berbagai macam pembungkus bahasanya. Hal yang dalam mindset kita baru, berhak untuk dicoba bukan untuk langsung diputuskan, jadi percobaan merupakan salah satu hal serius. Misal saya mencoba software trial version, ketika puas kemungkinan besar ada rasa ingin memiliki secara permanen baik dengan cara beli license atau crack serial number. Dalam kasus kecanduan narkoba, manipulasi dan berbohong banyak yang berawal dari yang namanya 'mencoba', "katanya enak tapi kok dilarang, yaudah pengen tau aja sih", ups, berkelanjutan dan siap-siap menjadi korban. Pernah suatu ketika saat sekolah saya coba ikut membolos sekolah 1 hari, ternyata enak juga ya. Ehm, tambah 1 hari lagi deh, kan absen 1 atau 2 sama saja dan tidak jauh beda. Coba mengambil kemungkinan lagi, gimana kalau...

Berusaha Menjadi Tidak Biasa

Ada cerita seorang direktur sebuah perusahaan besar sedang berangkat kerja membawa mercedes benz E-Class melewai jalan raya kwitang, ditengah jalan setengah macet tiba-tiba terdengar suara benturan keras yang menabrak mobilnya. Dengan sangat ketakutan keluarlah pengemudi bajaj yang menabrak mobil tersebut berusaha meminta maaf, namun dengan nada rendah seorang direktur hanya menanyakan "Bapak baik-baik saja?" ... "baiklah, jika tidak ada yang luka dan cedera saya melanjutkan perjalanan dan saya harap Bapak bisa lebih berhati-hati lain waktu". Bisakah kita bersikap seperti itu tanpa harus merasa rugi? Mungkin saya sendiri masih ragu apakah bisa. Berpikir positif, rendah hati dan bijaksana tidak serta merta dapat dilakukan seperti membalikkan telapak tangan, karena terdapat dorongan yang lebih kuat yakni spontanitas yang merupakan pancaran dari tabiat. Atau hal pengandaian konyol yang pernah diungkapkan seorang AA Gym saat pembeli menjual dengan harga R...