Minggu, 28 Desember 2014

Ding dong


Bagi yang pernah ngerasain masa kecil tahun 90-an rasanya ngga asing lagi denger kata ding dong. Dulu sih belom ada yang namanya timezone. Ding dong biasanya ada di pasar-pasar, tempat ngetem angkot, prapatan, dimana banyak bocah sekitaran umur Sekolah SD sampe SMA nongkrong disitu. Yang jagain cuma mba-mba yang tampangnya agak jutek tempat money changer koinan Rp.100,-. Kadang-kadang ada juga ding-dong koinan Rp.50,-, cuma gamenya ya agak jelek. Ohya di billiard juga pasti ada dingdongnya, biasanya sepaket .

Dahulu kala, punya duit gopek ngacir ke dingdong, seceng juga begitu, apalagi goceng, rasanya merdeka deh bisa main seharian . Duit cuma tigaratus aja dijabanin, sampe bela-belain jalan kaki setengah jam dari depan gang ke jalan besar cuma pengen maenin street fighter II, raiden, samurai showdown, & banyak lagi lupa namanya.

Street Fighter II yang paling berjaya dibanding game lain. Klo cuma buat ngejar tamat itu sudah biasa, yang bikin seru kalo udah adu jago antar pemain. Biasanya klo lagi rame yang nonton banyak, saling gantian lawan sang pemenang. Semacam nonton aduan ayam :D. Pernah suatu ketika duit gw tinggal cepek buat ongkos angkot, pas lagi sepi, masuklah itu koin ke dingdong street fighter II berharap ngga yang ngelawan. Maklum skill pas-pasan. Eh... baru 15 menit, tetiba dingdongnya bunyi, pertanda ada yang memasukkan koin. Sambil tersenyum sinis tuh orang ngeliatin gw. Duh 2 ronde gw tewas & alhamdulillah pulang jalan kaki -____-. Pernah juga saat lebaran mau mudik, keluarga sampe pusing nyari kemana-mana sampe ketemunya di dingdong. Ampun deh, malunya main bukan, diomeli bokap depan sohib-sohib. Dari berbagai pengalaman tersebut, gw cuma senyum lihat temen yang keranjingan main FM (football manager) siang malem, atau game yang ribet2 lainnya. Cukup, sekarang main angry birds, fruit ninja, & game yang ringan-ringan aja.

Untuk versi lite selain dingdong, ada alternatif lain. Yaksip, jimbot tetris "bego lu" & jimbot-jimbot perang atau puzzle. Biasanya dipajang di tukang jajanan SD trus ditaliin. Bayarnya berapa gw lupa. Yang agak serius dikit ada nintendo dengan game andalannya Contra. Yang agak mahalan dikit ada Sega dengan game andalannya Sonic. Temen yang punya sega atau nintendo jadi raja diantara yang lainnya. Ngga boleh disenggol dikit, kalo udah ngambek sama yang lain, temen-temen se-RT ikut belain. Waaauuuw.

Sekarang dingdong udah tinggal kenangan. Penggantinya udah ada PS, game PC, sampe game yang si smartphone juga udah cihuy. Sesekali saat gw kangen game dingdong, ternyata ada juga website penyedianya. Okelah, yang penting jangan lupa daratan kalo udah main game, inget solat, inget kerjaan, inget anak bini.

Selasa, 16 Desember 2014

Posting blog melalui handphone


Zaman emang canggih, semakin canggih dan ngga ada abisnya. Ini postingan pertama gw dari smartphone. Ternyata nyaman juga. Padahal sebelumnya untuk urusan ketik mengetik, apalagi narasi buat ngeblog begini, pokoknya pc minded atau notebook lah paling engga. Yang ngga pernah mau ikut-ikutan yang beginian -gadgetgadetan gitu-, karena gw anggep masa kita harus keseret budaya populer terus! Pertama mulai ngelirik, ganti handphone alesannya pengen yang stabil, lama-lama ngoprek. Hahaha
Sebenernya yang sangat disayangkan itu bagi kolektor gadget baru dengan motif (alasan) gaya atau style. Iya sayang banget kenapa ngebuang barang bekasnya ngga lewat gw 😁. Atau klo mau beli baru juga bisa lewat gw, lumayan 2-3 bulan sekali dapet cipratan untungnya.
Sebelum gw pegang enih hp cina yang katanya destroyer buat merek-merek yang mapan [xomay] -semacam oneplus atau lumid juga, sempet pengen punya iPhone, tapi harganya itu ngga nahan [ampun pakde] & speknya kurang bikin bangun.... apanya? Ya prosesornya, ramnya, romnya juga. Klo soal body & material kynya hape cina lewat, iya numpang lewat aja.
Okelah, sory agak ngaco. Sebenernya ini cuma postingan tester aja dari handphone. Xixixi
Siiip :D

Kamis, 29 Mei 2014

Waktu



Waktu itu lama sekali saat kita merasakan penderitaan, sebaliknya terasa sebentar saat lagi asik-asiknya. Tapi dalam penderitaan itu biasanya ada kenangan, kenangan yang ngga bisa di lupain. Seringkali dalam penderitaan tersebut tersimpan kebanggaan yang bisa diceritakan pada teman-teman, bahkan sampai anak cucu. Penderitaan itu sesungguhnya menarik, bagaimana kita melewati lika-likunya dan menyelesaikan masalahnya. Penderitaan itu pasti akan terlewat digantikan penderitaan yang baru (eh), bisa juga kesenangan. Yang pasti adalah bagaimana kita melewatinya, lari dari masalah atau membuat solusi.

Umur biologis manusia katanya bisa sampai 120 tahun, tapi zaman sekarang mungkin rata-rata manusia bisa hidup pada kisaran 60-75 tahun. Ingatan kita semakin lama semakin mengikis pada peristiwa yang paling jadul dan ngga terasa kita sudah menghabiskan umur kita sampai sejauh ini. Belum lama lulus sekolah, eh ternyata sudah 12 tahun lalu. Belum lama selesai kuliah, eh ternyata sudah 7 tahun lalu. Setahun lalu menikah, eh ternyata sudah menjadi calon Bapak, amiin

Saat kita memasuki kehidupan baru, ingin rasanya cepat selesai. Namun saat kehidupan itu sudah dijalani dan menikmati dialektikanya, deuh pengennya ngga mau pergi, ngga mau ninggalin. Misal, saat baru masuk sekolah, kita dihadapkan dengan sesuatu yang baru dan aneh dan terus berpikir kapan sih ini terlewat, ternyata saat beberapa tahun sampai akhirnya menjelang lulus, berat rasanya untuk meninggalkan teman-teman. sekolah itu cuma sebentar yah!

Dalam posisi kita sekarang, atau dalam kondisi ekonomi, pekerjaan, dan status yang melekat saat ini sudah mapan, saya tidak yakin kita mau disuruh mengulang lagi, kembali masa lalu untuk berjuang -membayangkan apa yang kita lakukan dulu-. Duh, beratttt, belum tentu bisa seperti sekarang, karena disamping faktor usaha dan doa, faktor nasib juga menentukan. Namun kalau kondisi sekarang masih apes, dalam hati kecil masih membekas penyesalan dan berkata 'kalau saja masih diberi kesempatan seperti dulu!'.

Kita tidak bisa mengubur masa lalu kita yang buruk, tapi kita bisa memperbaikinya dengan berbuat baik, bekerja baik, berkata baik, dan lain-lain yang baik-baik. Pintu taubat selalu terbuka kalau kita mau serius, jangan sampai terulang kesalahan dua kali, tiga kali, dan berkali-kali.

Ayo tetep semangat, dan berfikir positif! (gaya motivator MLM) *ahahayyy

Sabtu, 17 Mei 2014

Ikhlas dalam bekerja

Bekerja itu untuk mencari uang, benar. Bekerja juga untuk pengabdian atau ibadah, bisa benar bisa juga tidak. Bekerja bisa juga sebagai hobi, berbagai hal yang kita sukai, kita nikmati dan kita tekuni. Ada juga yang bekerja karena tidak ada pilihan lain, dalam keterpaksaan hanya sebagai tuntutan hidup. Saya selalu menikmati setiap pekerjaan berbeda yang ada di hadapan saya, tapi belum tentu juga bagi orang lain. Saya juga pernah mengalami bekerja dalam keterpaksaan, seperti robot. Yang saya tahu bahwa kita harus memberikan usaha yang maksimal pada setiap pekerjaan kita.

Kengerian saya pada pekerjaan di belakang meja sepanjang hari sebagai seorang akuntan atau staf keungan membuat saya enggan memilih pekerjaan yang notabene adalah background pendidikan saya, maka saya mengawali bekerja di LSM, berlanjut sebagai sales, berlanjut sebagai dosen, dan penasaran juga ngerasain kerja di belakang meja, ya jadi staf keuangan, dan sekarang jadi PNS. Hehe, ujung-ujungnya PNS.

Pindah-pindah kerja kok seperti ngga mencintai pekerjaan ya? justru saya sangat mencintai pekerjaan saya kala itu, namun cinta itu pudar ketika sudah tidak ada hal yang menarik menurut saya. Setelah jadi PNS kok ngga pindah lagi? saya tidak mengelak jika ada alasan pragmatisnya. PNS itu identik dengan PGPS alias pinter goblok penghasilan sama yang artinya lu pinter dan rajinpun percuma, penghasilannya juga sama dengan yang lain. Bekerja di instansi pemerintah ngga jauh beda dengan bekerja di LSM, sama-sama sektor publik dan saya suka itu. Di balik kelemahan terdapat peluang yang bisa kita bangun, dan di balik kelebihan terdapat sesuatu yang kita harus kejar. Nah, dunia pemerintahan biasanya dianggap dengan banyak kelemahannya, mungkin itu yang saya anggap peluang. Kita bisa menciptakan berbagai hal baru, budaya kerja baru, dan pastinya membuat berbagai diferensiasi.

Saat bekerja itu didasari keikhlasan dan ketekunan, maka kita membangun sendiri karir kita sekaligus penghasilan juga mengikuti. Yang terpenting adalah orientasinya, kalau cuma 'uang' menurut saya terlalu sempit dan hanya sesaat. Akhirnya, selamat bekerja!
Diberdayakan oleh Blogger.

My Instagram