Kamis, 29 Mei 2014

Waktu



Waktu itu lama sekali saat kita merasakan penderitaan, sebaliknya terasa sebentar saat lagi asik-asiknya. Tapi dalam penderitaan itu biasanya ada kenangan, kenangan yang ngga bisa di lupain. Seringkali dalam penderitaan tersebut tersimpan kebanggaan yang bisa diceritakan pada teman-teman, bahkan sampai anak cucu. Penderitaan itu sesungguhnya menarik, bagaimana kita melewati lika-likunya dan menyelesaikan masalahnya. Penderitaan itu pasti akan terlewat digantikan penderitaan yang baru (eh), bisa juga kesenangan. Yang pasti adalah bagaimana kita melewatinya, lari dari masalah atau membuat solusi.

Umur biologis manusia katanya bisa sampai 120 tahun, tapi zaman sekarang mungkin rata-rata manusia bisa hidup pada kisaran 60-75 tahun. Ingatan kita semakin lama semakin mengikis pada peristiwa yang paling jadul dan ngga terasa kita sudah menghabiskan umur kita sampai sejauh ini. Belum lama lulus sekolah, eh ternyata sudah 12 tahun lalu. Belum lama selesai kuliah, eh ternyata sudah 7 tahun lalu. Setahun lalu menikah, eh ternyata sudah menjadi calon Bapak, amiin

Saat kita memasuki kehidupan baru, ingin rasanya cepat selesai. Namun saat kehidupan itu sudah dijalani dan menikmati dialektikanya, deuh pengennya ngga mau pergi, ngga mau ninggalin. Misal, saat baru masuk sekolah, kita dihadapkan dengan sesuatu yang baru dan aneh dan terus berpikir kapan sih ini terlewat, ternyata saat beberapa tahun sampai akhirnya menjelang lulus, berat rasanya untuk meninggalkan teman-teman. sekolah itu cuma sebentar yah!

Dalam posisi kita sekarang, atau dalam kondisi ekonomi, pekerjaan, dan status yang melekat saat ini sudah mapan, saya tidak yakin kita mau disuruh mengulang lagi, kembali masa lalu untuk berjuang -membayangkan apa yang kita lakukan dulu-. Duh, beratttt, belum tentu bisa seperti sekarang, karena disamping faktor usaha dan doa, faktor nasib juga menentukan. Namun kalau kondisi sekarang masih apes, dalam hati kecil masih membekas penyesalan dan berkata 'kalau saja masih diberi kesempatan seperti dulu!'.

Kita tidak bisa mengubur masa lalu kita yang buruk, tapi kita bisa memperbaikinya dengan berbuat baik, bekerja baik, berkata baik, dan lain-lain yang baik-baik. Pintu taubat selalu terbuka kalau kita mau serius, jangan sampai terulang kesalahan dua kali, tiga kali, dan berkali-kali.

Ayo tetep semangat, dan berfikir positif! (gaya motivator MLM) *ahahayyy

Sabtu, 17 Mei 2014

Ikhlas dalam bekerja

Bekerja itu untuk mencari uang, benar. Bekerja juga untuk pengabdian atau ibadah, bisa benar bisa juga tidak. Bekerja bisa juga sebagai hobi, berbagai hal yang kita sukai, kita nikmati dan kita tekuni. Ada juga yang bekerja karena tidak ada pilihan lain, dalam keterpaksaan hanya sebagai tuntutan hidup. Saya selalu menikmati setiap pekerjaan berbeda yang ada di hadapan saya, tapi belum tentu juga bagi orang lain. Saya juga pernah mengalami bekerja dalam keterpaksaan, seperti robot. Yang saya tahu bahwa kita harus memberikan usaha yang maksimal pada setiap pekerjaan kita.

Kengerian saya pada pekerjaan di belakang meja sepanjang hari sebagai seorang akuntan atau staf keungan membuat saya enggan memilih pekerjaan yang notabene adalah background pendidikan saya, maka saya mengawali bekerja di LSM, berlanjut sebagai sales, berlanjut sebagai dosen, dan penasaran juga ngerasain kerja di belakang meja, ya jadi staf keuangan, dan sekarang jadi PNS. Hehe, ujung-ujungnya PNS.

Pindah-pindah kerja kok seperti ngga mencintai pekerjaan ya? justru saya sangat mencintai pekerjaan saya kala itu, namun cinta itu pudar ketika sudah tidak ada hal yang menarik menurut saya. Setelah jadi PNS kok ngga pindah lagi? saya tidak mengelak jika ada alasan pragmatisnya. PNS itu identik dengan PGPS alias pinter goblok penghasilan sama yang artinya lu pinter dan rajinpun percuma, penghasilannya juga sama dengan yang lain. Bekerja di instansi pemerintah ngga jauh beda dengan bekerja di LSM, sama-sama sektor publik dan saya suka itu. Di balik kelemahan terdapat peluang yang bisa kita bangun, dan di balik kelebihan terdapat sesuatu yang kita harus kejar. Nah, dunia pemerintahan biasanya dianggap dengan banyak kelemahannya, mungkin itu yang saya anggap peluang. Kita bisa menciptakan berbagai hal baru, budaya kerja baru, dan pastinya membuat berbagai diferensiasi.

Saat bekerja itu didasari keikhlasan dan ketekunan, maka kita membangun sendiri karir kita sekaligus penghasilan juga mengikuti. Yang terpenting adalah orientasinya, kalau cuma 'uang' menurut saya terlalu sempit dan hanya sesaat. Akhirnya, selamat bekerja!
Diberdayakan oleh Blogger.

My Instagram