Senin, 28 September 2009

Mulai lagi pasca lebaran

Bulan syawal yang katanya bulan peningkatan amal ibadah semoga juga diikuti peningkatan yang lainnya. Meningkatnya rasa aman,optimis dan realisasi. Perasaan terlebih dahulu memang, karena kaya atau miskin, susah ataupun mudah, komparasi sampai superlatve (paling) yang mengendalikan tetap perasaan. Pemilik kebun sawit ratusan hektar  yang terus merasa kurang belum tentu lebih beruntung dibanding petani yang sangat bahagia tanpa beban menjalaknkan rutinitasnya. Begitu juga percuma saja kita iba dan kasihan terhadap orang gila karena dia merasa paling bahaga di dunia.

Alhamdulillah pasca lebaran ini akan mulai mengajar sebagai honorer dan beberapa pekerjaan freelance didepan mata yang harus segera di follow-up. Tanpa rahmat dari Allah SWT hal tersebut tidak serta merta terjadi, puji syukur. Mungkin kalimat 'jangan pernah menyerah pada kondis objektif' merupakan motivasi yang sedikit banyak tertanam sejak seorang sahabat pernah mengatakan berulang kali sebagai jargon.

Setelah 2 (dua) tahun tidak mengajar dan fokus pada bidang tertentu, akhirnya terealisasi juga walaupun lagi-lagi melenceng dari konsen studi kuliah saya -akuntansi- untuk belajar yang namanya statistik. Mudah-mudahan tidak terkena karma 'kalau ingin semua, jangan pernah berharap dapat satupun'. Anggap saja beberapa aktivitas penekunan tersebut adalah adalah proses pengerucutan yang seharusnya dilakukan sejalan dengan umur yang terus bertambah.

Berbulan-bulan tidak komunikasi dengan kantor lama karena menganggap sudah tidak mungkin lagi bermain dibidang IT Ntworking-Hardware, saat terbangun kembali silaturahmi dan menciptakan kegiatan bersama. Selanjutnya, juga masih pada aktivitas lama... create & maintenance website. Sukses.

Sabtu, 19 September 2009

Selamat Idul Fitri 1430 H




Dengan segala kerendahan hati yang mendalam, saya haturkan:
Selamat hari raya Idul Fitri 1430 Hijriyah
Minal Aidin wal Faidzin
Mohon Maaf Lahir & Batin
Semoga menjadi jiwa yang menang... Atas hawa nafsu, kesombongan, keserakahan, kemunafikan dan kemusyrikan.

Sabtu, 05 September 2009

Prestise Mengalahkan Esensi



Bukan dalam artian prestasi, namun lebih kepada pengunggulan kewibawaan yang membuat kita merasa wah, lebih dibanding, mantap, menakjubkan yang kemudian membawa seseorang menjadi terlena, masuk dalam perangkap alienasi. Penghilangan jati diri dan pengikisan nilai-nilai kepuasan esensial. Dalam berinteraksi, saat saya pernah berbincang dengan teman, beliau mengatakan tidak dapat dihindari bahwa kebutuhan mendasar adalah pengakuan dan penghargaan. Misal, apa yang membuat seorang biasa bangga 2 jam yang lalu naik mobil bersama seorang presiden? pengakuan, pengakuan dari pihak lain, baik teman, media atau siapapun yang memberikan kesaksian atas kejadian itu.

Beranjak pada sebuah jabatan dimana seseorang bisa begitu marah jika tidak dihormati atas kapasitasnya. Dalam konteks suri tauladan, sesungguhnya jabatan tidak serta merta membuat seseorang berwibawa, namun perlu komunikasi yang baik, kerendahan hati dan bijaksana diikuti kapasitas sumber daya yang cukup membuat pengakuan dan penghormatan tak perlu diminta secara langsung. Perlu kita semua sadari, tuntutan yang besar atas hak dapat menjadi malapetaka. Lebih kepada konsekuensi atas keputusan dengan menggiring arus kondisi objektif yang selalu melemahkan dan lagi-lagi selalu dijadikan alasan atas sebuah ketidakmampuan.

Mungkin seperti Thomas A. Edison yang mampu mengalahkan kondisi objektif dan menjadikan kegagalan seribu kali menjadi keberhasilan yang tertunda, menganggap bahwa setiap kegagalan adalah keberhasilan menemukan kesalahan instrumen yang tidak cocok dengan penelitiannya.
Diberdayakan oleh Blogger.

My Instagram