Minggu, 31 Mei 2015
Selasa, 26 Mei 2015
Era Sosmed Coy
Jumat, 22 Mei 2015
The Power of Kepepet
Minggu, 17 Mei 2015
Suri Tauladan
Suri tauladan merupakan sosok yang dapat kita jadikan contoh untuk berperilaku, tentunya perilaku yang baik. Seperti pelajaran di madrasah dahulu, bahwa suri tauladan yang paling baik adalah Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad itu sosok ideal sebagai seorang manusia, bagaimana beliau mengatasi masalah, bagaimana beliau memperlakukan seseorang, bagaimana beliau mengajarkan ketaatan, sampai seluruh aspek kehidupan.
Buat saya, mungkin kita, orang-orang terdekatlah yang sesungguhnya menjadi suri tauladan atau sosok yang dapat kita jadikan contoh untuk membentuk karakter. Tidak heran ada istilah jika ingin melihat sifat seseorang, maka lihatlah teman-teman bermainnya, sifatnya tidak jauh berbeda. Lingkungan memang mengkonstruksi secara dominan mindset seseorang untuk berperilaku dan memiliki kecenderungan untuk melakukan sesuatu, selain tiap-tiap orang juga unik dan memiliki independensi sendiri untuk berpikir, makanya kadang ada istilah orang sukses dan ngga sukses dalam satu lingkungan tertentu.
Saat seorang bayi baru terlahir, sosok utama yang menjadi figur sentral adalah orang tuanya dan orang-orang yang merawatnya. Dengan mata, hati, dan telinga, kita belajar banyak hal dan menjadikannya sebagai suri tauladan. Sampai saat ini, orang tua-lah yang tetap menjadi figur bagi saya, selain setiap orang silih berganti yang ada di lingkungan saya jadikan figur. Misal, saya tidak akan melupakan jasa terbesar Bapak saya yang selalu mengingatkan saya untuk menjadi manusia yang baik. Seringkali saya pulang larut malam atau masih sibuk dengan laptop, namun dibuat malu dengan melihat beliau selalu solat malam & senantiasa mendoakan anak-anaknya.
Tanpa kita sadari, dengan melepaskan keegoisan maka kita dapat terpengaruh untuk mengerjakan sesuatu seperti yang orang lain kerjakan, bukan seperti yang kita kerjakan sebelumnya. Saya belajar ketekunan pada teman A, saya belajar bersikap konsisten pada teman B, saya belajar bersikap tenang dalam kompleksitas masalah pada teman C, dan banyak sekali hingga tak terhitung saya banyak belajar. Kalau kita merasa belum cukup belajar dari lingkungan kita sendiri, mungkin bisa ikut kelas motivasi seperti mario teguh atau merry riana.
Jadi siapa-siapa saja yang jadi suri tauladan kamu?
Sabtu, 16 Mei 2015
Kurang piknik..!!!
Orang yang bekerja terus menerus, pikirannya cuma kerjaan, pokoknya all-out soal kerjaan, disebut dengan frasa "kurang piknik" oleh teman saya, yulis. Yup, mungkin kita butuh rekreasi dalam berbagai bentuk, termasuk piknik, untuk menyegarkan jasmani & rohani. hehe.
Manusia emang bukan robot. Kita butuh kehidupan yang bervariasi, punya keluarga, teman, saudara, bukan cuma bekerja. Robot aja butuh rehat buat nge-charge dan maintenance. Sempet keluar selentingan 'kerja melulu, kayak mau pergi haji aja'. Mungkin maksudnya nyari duitnya gesit amat. haha. Namun adakalanya saat tidak bekerja malah menjadi stres, karena pekerjaan itu menjadi hobi, sehingga menyalurkan hobi berarti juga rekreasi (ehm...).
Kurang piknik itu bisa merupakan kondisi atau dikondisikan. Kalau merupakan kondisi biasanya kita menjadi follower dan pada akhirnya kita dapat teralienasi oleh pekerjaan kita sendiri. Terseret dalam siklus kesibukan yang bukan menjadi pilihan itu sungguh menyiksa (halah), tapi kita tetap harus berusaha menyukai pekerjaan itu. Kedua, kurang piknik sebaiknya dikondisikan oleh kita, dalam artian kita yang memunculkan kesibukan itu dan biarlah yang lain menjadi follower.
Dalam kondisi saat ini, saya merasakan piknik yang bertubi-tubi, tapi itu tidak menyelesaikan masalah. Karena selama kita masih hidup, kita harus terus menciptakan masalah dan menyelesaikannya. Pada dasarnya manusia itu bukan makhluk yang akan merasa cukup. Teruntuk sahabat yang mengingatkan saya akan pentingnya piknik, saya mengucapkan terima kasih yangg sebesarnya. Nademkra..!!!
Kamis, 14 Mei 2015
Obrolan dengan pengemudi taksi
Di kota besar seperti jakarta, taksi seperti kebutuhan primer bagi para pekerja, mungkin yang berpenghasilan menengah ke atas. Tapi klo untuk berpenghasilan seadanya seperti saya, sewaktu-waktu aja kalau ngga mungkin naik angkutan umum seperti ke bandara, perjalanan dini hari, atau sudah larut malam. Armada taksi jumlahnya juga semakin banyak dari waktu ke waktu.
Dosen saya pernah bilang bahwa naik taksi itu justru lebih efisien dibandingkan memiliki mobil pribadi. Misalkan perjalanan dari tanjung priok ke kelapa gading, dengan duduk manis saya cukup membayar 50 ribu rupiah. Jika menggunakan mobil pribadi dengan konsumsi bensin yang lebih kecil sebesar 20 ribu rupiah, ada lagi biaya tersembunyi lebih besar yang melekat seperti biaya perawatan mobil, biaya depresiasi (penyusutan) nilai mobil, dan biaya capek nyupir, hehe.
Tiap naik taksi, saya selalu menyempatkan untuk ngobrol dengan pengemudinya. Menghilangkan bosan di jalan sekaligus menggali pengalaman masing-masing pengemudi. Armada taksi biasanya dikasih kode yang menunjukkan pool/lokasi asal. Mungkin penting kita lihat dan mengingatnya, jaga-jaga kalau ada sesuatu yang tidak diinginkan atau mau komplain. Basa-basi, kita bisa tanya shift pagi/malam pak? dan seterusnya-dan seterusnya.
Banyak saya temui pengemudi yang mengatakan bahwa profesinya bukanlah suatu pilihan utama, tapi alternatif dari berbagai pekerjaan yang pernah dilaluinya seperti mengemudi truk, bis, atau pribadi, juga pengusaha besar dan kontraktor. Dengan taksi, mereka lebih bebas dan bisa mengais lebih banyak uang kalau sabar dan rajin. Mengemudi sepanjang hari memang pekerjaan melelahkan, namun sebanding juga dengan penghasilannya walaupun mereka mengaku saat ini persaingannya ketat dengan semakin banyaknya armada dan selisih bensin-setoran tidak sebesar 2-3 tahun lalu.
Mengemudi taksi resikonya juga tinggi. Aktivitas duduk secara terus menerus juga berisiko berbagai penyakit seperti diabetes & gagal ginjal, makanya banyak pengemudi yang sedia air mineral botol besar disebelah setir. Selain risiko kesehatan, risiko kecelakaannya juga tinggi. Ngga jarang kita lihat berita pengemudi taksi kecelakaan di jalan tol. Terakhir, risiko keamanan. Dengan membawa uang setoran yang banyak, mengundang para penjahat buat ngerampok.
Kebutuhan ekonomi yang besar dan instan menjadi motif yang banyak dimiliki pengemudi taksi, selain susahnya mencari pekerjaan di kota besar. Kita bisa lihat di setiap pool taksi selalu ada lowongan pengemudi, asalkan bisa nyupir dan punya SIM. Maka banyak juga saya temui pengemudi yang sebelumnya berpindah-pindah penyedia taksi.
Salut buat pengemudi yang sabar dan ramah dalam berkomunikasi dengan penumpang. Selamat berjuang di tengah ganasnya jalanan ibu kota.
Selasa, 12 Mei 2015
Definisi yang saya pahami
Definisi sesungguhnya dapat berubah dan diperluas batasan definisinya. Misalnya pada masa yang akan datang mata tidak hanya berfungsi untuk melihat tapi juga dapat memberikan perintah, maka definisi mata dapat diperluas menjadi organ tubuh yang dapat melihat dan memberikan perintah. Atau pada masa yang akan datang mata sudah tidak dapat digunakan untuk melihat karena ekosistem alam yang berubah mempengaruhi fungsi mata, maka mata itu akan didefinisikan dengan berbeda.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, definisi atas 'sesuatu' bisa saja selalu berkembang. Terutama setiap hal yang bersifat buatan (bukan alamiah). Misalnya kita mendefinisikan selular (telepon genggang) dengan berbeda-beda seiring dengan perkembangan waktu dan teknologi yang menyertainya, sehingga batasan-batasan dalam definisi tersebut semakin luas.
Definisi sebenarnya menggambarkan sebuah sistem. Karena apapun yang memiliki 'nama' pastilah sebuah sistem, karena sistem itu sendiri terdiri dari subsistem-subsistem. Subsistem sendiri sebenarnya adalah sistem karena dia memiliki subsistem-subsistem juga di dalamnya, dan seterusnya sampai pada subsistem terkecil. Subsistem terkecil yang kita yakini apakah benar tidak memiliki subsistem-subsistem lagi di dalamnya? belum tentu, karena manusia memiliki keterbatasan dalam melihat dan mendeskripsikan sesuatu.
Kamis, 07 Mei 2015
Naik Travel Jakarta-Bandung
Sumber gambar: http://www.travelhendros.com |
Jakarta-Bandung serasa deket semenjak ada tol cipularang, katanya sih begitu. Kira-kira bisa ditempuh 2-3 jam perjalanan kalau lancar. Kalau macet mungkin bisa 5-7 jam. Perjalanan Jakarta-Bandung menjadi rutinitas mingguan gw dalam 3 bulan terakhir, semenjak kuliah di Bandung. Kuliah itu memang melelahkan sekaligus menyenangkan, hehe. Cuma kali ini pengen curhatnya bukan soal kuliah, tapi pengalaman perjalanan Jakarta-Bandung pake Travel.
Travel Jakarta-Bandung banyak banget, ada Cititrans, Baraya, Xtrans, Cipaganti, Daytrans, Bimotrans, dan masih banyak lagi yang gw juga ngga tau namanya. Kalau dari sisi tarif, mungkin yang paling mahal (berurutan): Cititrans, Cipaganti, Daytrans, Bimotrans, Xtrans, dan yang paling murah Baraya. Dari yang disebut barusan, cuma Bimotrans dan Cipaganti yang belum pernah ikut, maklum ngga semua travel bertujuan ke Jakarta utara dan sekitarnya (rumah gw).
Rute Kelapa Gading (atau terdekat) - Bandung.
- Cititrans yang paling mahal, 135 ribu (baru naik tarifnya, sebelumnya 115 ribu), pelayanannya oke, jadwal keberangkatannya tiap jam, armadanya juga bagus, bangkunya nyaman. Cuma untuk ukuran mahasiswa tarifnya... hadeuh.
- Daytrans. Pernah naik sekali dari bandung, 115 ribu. Jalannya lelet, tujuan atrium senen keluar tolnya malah di pondok gede.
- Cipaganti belum pernah, destinasi bandung ngga nyampe dipati ukur/surapati, cuma di Pasteur (gw kuliah di Jl Surapati). Bimotrans juga belum pernah, sepertinya ngga ada yang ke Jakarta Utara/Pusat.
- Xtrans. 100 ribu (umum), 90 ribu (mahasiswa dll). Menurut gw ini travel paling moderat. Fasilitasnya ngga bagus-bagus amat tapi ngga jelek-jelek amat.
- Baraya. 85 ribu (umum), 70 ribu (mahasiswa). Ini travel idola para mahasiswa, udah gitu ada paket Pulang-Pergi 110 ribu (ketentuan berlaku). Harga oke, jadwal keberangkatan agak meleset, bangkunya kurang nyaman.