Rabu, 25 Februari 2015

Peralihan



Hidup kita terus bergulir dan beralih. Dari kecil menjadi dewasa, tumbuh menjadi tua sampai akhirnya mati, itu mungkin bisa disebut peralihan alamiah. Kalo kata om Sutrisno Bachir hidup itu perbuatan, atau biasa kita dengar bahwa setiap perbuatan kita adalah pilihan. Pilihan untuk naik angkot atau taksi, pilihan untuk sekolah atau bekerja, itu mungkin bisa disebut peralihan pilihan, yang memang diputuskan. Kita pasti harus membuat keputusan, bahkan tidak memutuskan itu juga sebuah keputusan (halah), karena masing-masing memiliki implikasinya sendiri. Setiap orang bebas memilih keputusan hidupnya, tapi dia ngga bisa memastikan ekses dari keputusannya itu.

Kata dosen saya, hidup itu cuma soal perpindahan kecemasan. Setiap orang tidak pernah berhenti untuk cemas pada setiap peralihannya. Misal, saat kuliah cemas akan kelulusan. Setelah lulus timbul kecemasan baru, yakni soal pekerjaan. Setelah bekerja kecemasannya beralih, kapan nikah. dan seterusnya dan seterusnya.

Enaknya sih pada setiap peralihan dengan 'kecemasan' bawaannya merupakan pilihan kita yang terbaik, paling tidak sudah dipertimbangkan. Menjalankan pilihan dengan keterpaksaan seperti menambah beban yang semakin berat dari waktu ke waktu. Ibarat berjalan mengangkut batu, setiap hari ditambahkan bobotnya dipundak kita. Pilihannya adalah berusaha menikmati sebagai hobi atau beralih pada pilihan lain. Tapi inget, jangan buang sepatu lama sebelum dapet sepatu baru. Jadi kalau ngga betah kerja, sebisa mungkin dapet kerjaan yang baru dahulu.

Bahasa sosialnya kurang lebihnya, jangan sampai kita teralienasi dalam dunia kita sendiri. Berpikir postif itu penting, berdoa juga, berusaha, dan jangan lupa bermimpi. Selamat membuat pilihan taktis dan pilihan strategis, semoga setiap peralihannya membawa manfaat.
Diberdayakan oleh Blogger.

My Instagram