Kamis, 26 Maret 2015

Ketergantungan


 Manusia katanya makhluk sosial, ngga bisa hidup sendiri. Dalam konteks sosial berarti kita membutuhkan orang lain untuk berbagai urusan, begitu sebaliknya. Karena tidak bisa hidup sendiri kita pasti memiliki ketergantungan pada banyak hal kepada orang lain. Ketergantungan tersebut juga bukan hanya dengan orang lain, tapi bisa juga dengan alat atau apapun namanya untuk membantu kita melakukan sesuatu. Kalau dilihat dari definisi sih ketergantungan itu dimana seseorang belum bisa memikul tanggung jawabnya sendiri, sehingga dia butuh pertolongan. Misalnya saat ingin makan kita butuh piring, saat ingin kuliah kita butuh dosen yang mengajar kita, saat ingin bepergian kita butuh kendaraan, dan seterusnya dan seterusnya.

Ketergantungan kita pada sesuatu juga merupakan pilihan, dan berbagai pilihan tersebut biasanya mengikuti perkembangan zaman. Misal, bisa saja kita tidak bergantung pada handphone untuk menelpon teman, tapi menggunakan telepon umum. Sekarang kan sudah susah nyari telepon umum. Jika kita mundur 20 tahun yang lalu misalnya, jangankan handphone, telepon saja masih mahal, sehingga lebih sering bertatap muka untuk bisa menghubungi teman. Namun jika kita membayangkan 20 tahun kemudian, bisa jadi sudah tidak ada handphone, tapi bodyphone, alat komunikasi super kecil yang bisa ditempelkan di tubuh kita. Jadi kita semacam gps yang muter keamana-mana (halah).

Saat ini saya memiliki ketergantungan yang berlebihan dengan laptop, handphone, dan kaca mata. Jika salah satu dari barang itu ngga saya pakai atau bawa, rasanya seperti gimana gitu, ada yang kurang (hehe). Bagi yang ketergantungan lifestyle dia akan selalu ngupdate trend fashion terbaru, gadget terbaru, dan tempat nongkrong yang lagi rame. Ketergantungan katanya yang bisa bikin gagal move-on sama mantan pacar, deuh.

Ketergantungan juga bisa dianalogikan seperti pasar, ada penawaran (supply) dan permintaan (demand). Diawali dari kebutuhan, kemudian penjual menciptakan kebutuhan itu, bisa sebaliknya penjual membuat sesuatu yang menjadikan itu sebagai kebutuhan, kalo bahasa ekonominya supply creates demand. Untuk contoh pertama misal, kebudayaan membentuk masyarakat Indonesia memakan beras, maka dari permintaan kolektif atas beras akan bermunculan yang jualan beras. Kalo contoh selanjutnya, sebelum ada handphone, kita ngga butuh, tapi begitu launching kita kok jadi butuh.

Udah dulu ya segitu, mungkin ada yang mau nambahin.
Diberdayakan oleh Blogger.

My Instagram