Manusia katanya makhluk sosial, ngga bisa hidup sendiri. Dalam
konteks sosial berarti kita membutuhkan orang lain untuk berbagai urusan,
begitu sebaliknya. Karena tidak bisa hidup sendiri kita pasti memiliki
ketergantungan pada banyak hal kepada orang lain. Ketergantungan tersebut juga
bukan hanya dengan orang lain, tapi bisa juga dengan alat atau apapun namanya
untuk membantu kita melakukan sesuatu. Kalau dilihat dari definisi sih
ketergantungan itu dimana seseorang belum bisa memikul tanggung jawabnya
sendiri, sehingga dia butuh pertolongan. Misalnya saat ingin makan kita butuh
piring, saat ingin kuliah kita butuh dosen yang mengajar kita, saat ingin bepergian
kita butuh kendaraan, dan seterusnya dan seterusnya.
Ketergantungan kita pada sesuatu juga merupakan pilihan, dan
berbagai pilihan tersebut biasanya mengikuti perkembangan zaman. Misal, bisa
saja kita tidak bergantung pada handphone untuk menelpon teman, tapi
menggunakan telepon umum. Sekarang kan sudah susah nyari telepon umum.
Jika kita mundur 20 tahun yang lalu misalnya, jangankan handphone, telepon saja
masih mahal, sehingga lebih sering bertatap muka untuk bisa menghubungi teman.
Namun jika kita membayangkan 20 tahun kemudian, bisa jadi sudah tidak ada
handphone, tapi
bodyphone, alat komunikasi super kecil yang bisa ditempelkan di
tubuh kita. Jadi kita semacam
gps yang muter keamana-mana (halah).
Saat ini saya memiliki ketergantungan yang berlebihan dengan
laptop,
handphone, dan kaca mata. Jika salah satu dari barang itu ngga saya
pakai atau bawa, rasanya seperti gimana gitu, ada yang kurang (hehe). Bagi yang
ketergantungan
lifestyle dia akan
selalu ngupdate trend fashion terbaru, gadget terbaru, dan tempat nongkrong
yang lagi rame. Ketergantungan katanya yang bisa bikin gagal
move-on sama mantan pacar, deuh.
Ketergantungan juga bisa dianalogikan seperti pasar, ada
penawaran (supply) dan permintaan (demand). Diawali dari kebutuhan, kemudian
penjual menciptakan kebutuhan itu, bisa sebaliknya penjual membuat sesuatu yang
menjadikan itu sebagai kebutuhan, kalo bahasa ekonominya supply creates demand. Untuk contoh pertama misal, kebudayaan
membentuk masyarakat Indonesia memakan beras, maka dari permintaan kolektif
atas beras akan bermunculan yang jualan beras. Kalo contoh selanjutnya, sebelum
ada handphone, kita ngga butuh, tapi begitu launching
kita kok jadi butuh.
Udah dulu ya segitu, mungkin ada yang mau nambahin.