Di kota besar seperti jakarta, taksi seperti kebutuhan primer bagi para pekerja, mungkin yang berpenghasilan menengah ke atas. Tapi klo untuk berpenghasilan seadanya seperti saya, sewaktu-waktu aja kalau ngga mungkin naik angkutan umum seperti ke bandara, perjalanan dini hari, atau sudah larut malam. Armada taksi jumlahnya juga semakin banyak dari waktu ke waktu.
Dosen saya pernah bilang bahwa naik taksi itu justru lebih efisien dibandingkan memiliki mobil pribadi. Misalkan perjalanan dari tanjung priok ke kelapa gading, dengan duduk manis saya cukup membayar 50 ribu rupiah. Jika menggunakan mobil pribadi dengan konsumsi bensin yang lebih kecil sebesar 20 ribu rupiah, ada lagi biaya tersembunyi lebih besar yang melekat seperti biaya perawatan mobil, biaya depresiasi (penyusutan) nilai mobil, dan biaya capek nyupir, hehe.
Tiap naik taksi, saya selalu menyempatkan untuk ngobrol dengan pengemudinya. Menghilangkan bosan di jalan sekaligus menggali pengalaman masing-masing pengemudi. Armada taksi biasanya dikasih kode yang menunjukkan pool/lokasi asal. Mungkin penting kita lihat dan mengingatnya, jaga-jaga kalau ada sesuatu yang tidak diinginkan atau mau komplain. Basa-basi, kita bisa tanya shift pagi/malam pak? dan seterusnya-dan seterusnya.
Banyak saya temui pengemudi yang mengatakan bahwa profesinya bukanlah suatu pilihan utama, tapi alternatif dari berbagai pekerjaan yang pernah dilaluinya seperti mengemudi truk, bis, atau pribadi, juga pengusaha besar dan kontraktor. Dengan taksi, mereka lebih bebas dan bisa mengais lebih banyak uang kalau sabar dan rajin. Mengemudi sepanjang hari memang pekerjaan melelahkan, namun sebanding juga dengan penghasilannya walaupun mereka mengaku saat ini persaingannya ketat dengan semakin banyaknya armada dan selisih bensin-setoran tidak sebesar 2-3 tahun lalu.
Mengemudi taksi resikonya juga tinggi. Aktivitas duduk secara terus menerus juga berisiko berbagai penyakit seperti diabetes & gagal ginjal, makanya banyak pengemudi yang sedia air mineral botol besar disebelah setir. Selain risiko kesehatan, risiko kecelakaannya juga tinggi. Ngga jarang kita lihat berita pengemudi taksi kecelakaan di jalan tol. Terakhir, risiko keamanan. Dengan membawa uang setoran yang banyak, mengundang para penjahat buat ngerampok.
Kebutuhan ekonomi yang besar dan instan menjadi motif yang banyak dimiliki pengemudi taksi, selain susahnya mencari pekerjaan di kota besar. Kita bisa lihat di setiap pool taksi selalu ada lowongan pengemudi, asalkan bisa nyupir dan punya SIM. Maka banyak juga saya temui pengemudi yang sebelumnya berpindah-pindah penyedia taksi.
Salut buat pengemudi yang sabar dan ramah dalam berkomunikasi dengan penumpang. Selamat berjuang di tengah ganasnya jalanan ibu kota.
0 Comments:
Posting Komentar