Selasa, 15 Desember 2015

Memandangi hidup


Obrol mengobrol dengan tukang ojek diperjalanan menuju travel ke bandung. Dia tanya, mau kemana pak? ke bandung, kuliah. Wah hebat ya pak? hehe, biasa aja bang tinggal masuk kelas ntar juga lulus, sama aja seperti sekolah, semua orang juga bisa. Yang ngga mau lanjut kuliah paling problemnya cuma pilihan aja, males atau ngga punya duit. Lah bapak duitnya banyak dong? engga bang, saya kuliah dibayarin. hihi. Lanjut, tukang ojeknya curhat: Bapak beruntung ya, hidup saya mah susah! heuheu, saya jawab aamiin (dalem hati, gue juga biasa hidup susah).

Daripada saya ceramahin tuh tukang ojek, sekarang gantian saya yang curhat disini.

Pertama, Hidup susah atau engga, saya pikir tergantung mindset seseorang yang sumbernya ada di hati, kalau hatinya merasa susah, sengsara, dan menjadi orang paling menderita, apapun pekerjaannya dia pasti akan selalu seperti itu. Buktinya petani di pelosok banyak yang hatinya tidak merasa susah, jarang terkena stres dan selalu menikmati hidup dan pekerjaannya. Jadi apapun pekerjaannya dan berapapun penghasilannya ya sama aja, sama-sama pusing dan sama-sama punya tantangan, tinggal seseorang itu bisa bersyukur atau ngga.

Kedua, selain yang bersumber dari hati, ada juga yang bersumber dari pikiran. Yakni bagaimana seseorang itu memandang luas atau sempitnya hidup yang akhirnya membentuk mental apakah dia tetap berada di satu tempat atau berjuang untuk bisa memperluas, pindah atau naik kelas. Kadangkala seseorang memandang luasnya hidup sangat dipengaruhi oleh posisinya. Misal, dimensi keluasan pikiran seorang direktur perusahaan multinasional akan berbeda dengan keluasan pikiran seorang karyawan. Masing-masing perbedaan keluasan pikiran tersebut akan bergeser tergantung mental dia, siap atau tidak untuk berjuang memperluas, pindah atau naik kelas. Kalau belum siap biasanya akan tetap pada posisinya. Misal, kalau seorang karyawan berpikiran bahwa hidup tidak hanya pulang pergi kantor memberi makan anak istri, dia bisa menyalurkan hobiya dengan gabung melalui komunitas tertentu, atau dia bisa buka usaha dan menjadi enterpreneur. Karyawan tersebut juga bisa terus berjuang untuk meraih posisi yang lebih tinggi dengan berbagai prestasi atau dengan bersekolah lagi.

Ketiga, keberuntungan. Selain hati dan pikiran, satu lagi menentukan hidup seseorang yaitu nasib. Kadangkala kita sudah berusaha merencanakan hidup dengan step step yang jelas, tapi keberuntungan tidak selalu datang. Bisa jadi seseorang dengan usaha yang jauh lebih sedikit tapi memiliki banyak keberuntungan. Lagi-lagi balik ke poin pertama dan kedua, agar kita senantiasa selalu merasa beruntung dan selalu ada peluang untuk bisa lebih baik.

0 Comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

My Instagram