
Bukan dalam artian prestasi, namun lebih kepada pengunggulan kewibawaan yang membuat kita merasa wah, lebih dibanding, mantap, menakjubkan yang kemudian membawa seseorang menjadi terlena, masuk dalam perangkap alienasi. Penghilangan jati diri dan pengikisan nilai-nilai kepuasan esensial. Dalam berinteraksi, saat saya pernah berbincang dengan teman, beliau mengatakan tidak dapat dihindari bahwa kebutuhan mendasar adalah pengakuan dan penghargaan. Misal, apa yang membuat seorang biasa bangga 2 jam yang lalu naik mobil bersama seorang presiden? pengakuan, pengakuan dari pihak lain, baik teman, media atau siapapun yang memberikan kesaksian atas kejadian itu.
Beranjak pada sebuah jabatan dimana seseorang bisa begitu marah jika tidak dihormati atas kapasitasnya. Dalam konteks suri tauladan, sesungguhnya jabatan tidak serta merta membuat seseorang berwibawa, namun perlu komunikasi yang baik, kerendahan hati dan bijaksana diikuti kapasitas sumber daya yang cukup membuat pengakuan dan penghormatan tak perlu diminta secara langsung. Perlu kita semua sadari, tuntutan yang besar atas hak dapat menjadi malapetaka. Lebih kepada konsekuensi atas keputusan dengan menggiring arus kondisi objektif yang selalu melemahkan dan lagi-lagi selalu dijadikan alasan atas sebuah ketidakmampuan.
Mungkin seperti Thomas A. Edison yang mampu mengalahkan kondisi objektif dan menjadikan kegagalan seribu kali menjadi keberhasilan yang tertunda, menganggap bahwa setiap kegagalan adalah keberhasilan menemukan kesalahan instrumen yang tidak cocok dengan penelitiannya.
0 Comments:
Posting Komentar