
Apa yang bisa dilakukan, lakukanlah. Apa yang bisa ditulis, tulislah. Apa yang bisa dicapai, capailah. Genggam selayaknya pijakan kita, bukan berarti asal dan sporadis. Karena lain ruang dan waktu, lain juga tuntutan yang melekat. Memang, seakan tidak ada habisnya, seperti iklan (saya lupa namanya), seorang ibu bertanya pada anak dan kekasihnya, "kapan kalian nikah", selanjutnya setelah nikah ibu itu kembali bertanya "kapan punya anak" dan setelah memiliki seorang anak, pasangan tersebut kembali ditanya "kapan punya adik. Iklan tersebut merefleksikan bahwa hidup itu tidak ada cukupnya. Selalu ada pertanyaan pada setiap fase dan pertanyaannya-pun nggak pernah habis. Saya sepakat bahwa itulah fitrah-nya hidup, selalu ada pertanyaan dan tuntutan selama kita dinyatakan sebagai manusia dan masih hidup.
Pada usia sekarang, mungkin jauh dari yang diharapkan seperti kebanyakan orang pada umumnya. hehe..3x, mungkin itu risikonya menjadi orang yang tidak pernah merasa cukup, atau lebih tepatnya cepat merasa jenuh. Kenyamanan dalam melakukan sesuatu menjadi alasan utama seseorang berkarakter labil dapat terus berada pada pekerjaan yang sama. Kenyamanan bukan berarti tempat yang enak ataupun kerja ringan dengan penghasilan besar, namun lebih kepada preferensi pekerjaan yang diminati walaupun pekerjaan itu berat ataupun overtime. Kalau soal suasana kerja yang kondusif, itu bersifat kondisional.
Dua bulan ini, saya menjalani keteraturan. Hal yang sudah lama tidak ditemui setelah satu tahun tanpa pencapaian dan arah yang jelas, walaupun sesungguhnya sudah sangat nyaman dengan yang sudah ada. Bersinggungan dengan suasana baru, orang-orang baru, juga kesibukan baru membuat saya bisa sedikit tersenyum karena kesibukan tersebut merupakan preferensi yang membuat saya jadi penasaran sebelumnya. Mungkin salah satunya itu definisi nyaman dalam pekerjaan, kita mendapatkan sesuatu yang kita inginkan dan tidak teralienasi dalam kesibukan kita, walaupun (hiks...) ternyata lebih melelahkan baik secara fisik maupun pikiran. Ekses yang timbul pastinya mengorbankan kesibukan sampai tanggungan yang sudah ada. Ada yang mengikis, hilang hingga berantakan nggak karuan. Mudah-mudahan menjadi masa transisi yang baik dan solved dengan baik semuanya. Amiin.
Meskipun tanpa perayaan, tahun ini menjadi -paling tidak- lebih berarti untuk sebuah refleksi dan rasa syukur. Memiliki banyak teman yang menyapa dan mendoakan walaupun beberapa diantaranya jarang sekali bertemu muka. Semoga menjadi manusia yang dapat memenangkan dirinya sendiri.
0 Comments:
Posting Komentar