Minggu, 13 Februari 2011

Pengangguran Sementara


Dalam skala terkecil, paling tidak setiap orang melakukan perencanaan dan memiliki rencana, mungkin kalau dicontohkan bisa dalam bentuk 'niat', dan hal tersebut dilakukan berulang-ulang bahkan rutin. Bukan tanpa sadar kita melakukan rutinitas makan, pastinya diawali dengan niat. Menurut beberapa teman, hidup kita harus terencana, mulai dari targetan 1 tahun kedepan, 5 tahun kedepan, sampi karir jangka panjang. Itulah yang menjadikan motivasi dalam hidup agar tetap struggle sampai -paling tidak mendekati- tercapainya targetan tersebut. Dalam praktinya memang, saya tidak pernah benar-benar matang dalam konteks tersebut (hehe..3x). Mulai dari seseorang yang ingin konsen dengan studi, beranjak menjadi aktivis nanggung, pengusaha nanggung, sampai menjalani karir sebagai karyawan yang nanggung juga. Dinamika persepsi yang tak kunjung final tersebut menjadi tidak seattle dan jauh dari kemapanan ekonomi layaknya seseorang yang berkarir step by step. Setidaknya saya harus bersyukur bahwa hari ini saya sudah berkecukupan. Amiin.

Juli 2006 merupakan merupakan starting kembali menentukan pilihan ketika sedang idealis-idealisnya dengan rasa percaya diri yang tinggi setelah merampungkan studi. Seolah berdiri dipersimpangan dengan banyak sekali jalan yang bisa dilalui, namun malah rest selama 3 bulan, mungkin karena kebingunan mau kemana. Yup, mulai mencicipi sedikit dunia politik, hanya untuk beberapa bulan sampai akhirnya terdampar menjadi pembelajar di sebuah daerah terpencil, belajar bahasa inggris. Lumayan kerasan sepertinya, sampai lupa kewajiban yang lebih besar dan lupa jalan pulang. Memang bukan disini seharusnya, jadi tidak bisa berlama-lama.

Ciputat lagi. Lama juga, tapi nggak banyak berubah sepertinya. Proses sosialisasi lagi dengan teman-teman untuk membiasakan atmosfir yang sudah lama terlupakan. Akhirnya, jadi karyawan, untuk mengejar ketertinggalan. 1 tahun berjalan, off dulu, kangen dengan aktivisme. Ups, bergelut dengan dunia belajar-mengajar. Ada kenyamanan tersendiri saat kita mengajar dan muhadir memperhatikan, dengan sesekali bertanya. Itu juga tidak lama. Gabung lagi dengan dunia profesional sampai saatnya, hari ini, saya menjadi seorang pengangguran.

Pengangguran, itulah kata yang barangkali tepat, atau mungkin bisa disebut pengangguran sementara. Beberapa bulan lalu menjadi salah satu saat paling membahagiakan saat membaca pengumuman bahwa nama saya tertera di papan tersebut. Mulai bergegas mempersiapkan prasyarat dan juga mempersiapkan surat resign saya. Jarang sekali seseorang lega saat memasuki kerja di hari terakhir jika belum pasti tempat barunya. Orang bijak mengatakan 'jangan buang sepatu lama sebelum dapat sepatu yang baru' (orang bijak yang mana ya?), maksudnya jangan keluar kerja terlebih dahulu sebelum dapat pekerjaan baru. Kalau saya kondisinya mungkin 'buang saja sepatu lama, kan sepatu yang baru sudah indent'.

6 komentar:

  1. Tuh, kan, Ciputt lagi yang disalahin.

    BalasHapus
  2. Hehe... bisa aja lu Max,

    Itu kan wujud dari proses bersyukur. Sejarahnya disebutkan

    BalasHapus
  3. ngomong2 masih suka macet mas ciputat, jadi agak minder kalo di cengin temen daerah saya ciputat biang macet hi hi hi.. wesss go on semangat dan salam kenal

    BalasHapus
  4. Iya bener... Ciputat mang masih langganan macetnya, walaupun ngg separah sebelum ada jalan layang.. ok deh, thanks & salam

    BalasHapus
  5. Mas dar. Gmn ini nasib kita. Aduuuh...utang makin banyak aja nih.

    BalasHapus
  6. Alhamdulillah, yang penting tetap optimis, realistis. hidup tanpa hutang seperti hidup tanpa semangat.... hehe,,

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.

My Instagram