Kamis, 23 Oktober 2008

Belum Berani Menetukan

Dalam segala hal memang tidak luput dari kata 'menentukan', Apalagi atas sebuah pilihan. Manusia memang diciptakan salah satunya untuk memilih, bahkan ketika kita mengatakan 'tidak', itupun sebuah pilihan. Dalam menentukan pilihan sepertinya butuh kemantapan atas hal tersebut baik baik itu pertimbangan pengalaman, keilmuan, komparasi dan hal-hal lainnya.

Dalam konteks ini, saya ingin membicarakan mengenai profesionalisme kerja. Sangat membingungkan dan dilematis saat tidak dapat mengukur standar pribadi. Mungkin fatal akibatnya jika salah mengambil sikap untuk menentukan berapa bayaran yang setimpal atas pekerjaan kita. Keadaan ini saya anggap wajar karena umur belia, masih labil serta belum stabil dalam hal pekerjaan. Teringat ketika pertama kali melamar kerja, bingung rasanya untuk menuliskan gaji yang saya inginkan atau saat harus menentukan jasa instalasi. Belakangan ini saya juga sempat kebingungan menentukan tarif yang pantas untuk pembuatan website walaupun sudah compare tarif dari beberapa perusahaan. Tidak ada yang mampu dijawab dengan lugas, selalu rasa keraguan dan berucap "nanti kita bicarakan kira-kira seberapa sulit pekerjaan itu dan baru bisa kita tentukan". Itulah kata-kata sakti untuk berkilah atas pertanyaan yang mengundang keputusan. naif juga ya... Belajar dan terus belajar, inilah rangkaian proses yang pasti berujung -dengan catatan fokus terhadap segmen pekerjaan yang akan kita geluti-, karena jika kita ingin mendapatkan 'semua' pastinya kita tidak mendapat apa-apa. Walaupun bisa menguasai berbagai skill, pasti tidak mendalam dan sebatas dikatakan 'bisa' bukan 'menguasai'.

Mari kita terus bekerja dan berkreasi sesuai dengan pilihan kita -tentunya kita menikmati pekerjaan tersebut-, jangan sampai teralienasi terhadap pekerjaan kita. Saat kita masih mempunyai kesempatan untuk memutuskan dari berbagai pilihan, pikirkan dengan matang dan putuskan. Saat akhirnya tidak bisa memilih atas pekerjaan kita -karena pragmatisme kehidupan; berkeluarga, lanjut usia, keterbatasan berkreasi- maka berisiko tinggi untuk berpindah kerja. Tanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga dan belajar dari awal lagi atas hal baru adalah beberapa contoh yang menjadi alasan keengganan perpindahan.

0 Comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

My Instagram