Jumat, 14 November 2008

Pare: Kampung Inggris (Part 1)



Perjalanan pendek yang berkesan

Lebih dari setahun lalu saya pulang dari belajar di pare. Sebelum berlanjut, sedikit perkenalan mengenai pare. Pare berada di sudut kabupaten kediri yang merupakan nama sebuah kecamatan. Tempat ini sangat terkenal khususnya bagi para pelajar, seperti dusun pengasingan namun nyaman dan bersahaja bagi siapa saja yang ingin mempelajari bahasa inggris dengan fokus.

Terdapat lebih dari 20 kursusan dan asrama bahasa inggris dan beberapan kursusan bahasa arab dan mandarin. Berbagai motif orang-orang belajar disini dengan latar belakang yang beragam. Mulai dari pelajar SMP yang ingin meningkatkan nilai SMPB bahasa inggrisnya, pelajar SMA yang mengisi kekosongan libur panjang sampai mahasiswa pasca sarjana yang ingin studi banding.

Dengan semangat yang tinggi akhirnya sampai juga di kota pare pasca wisuda dan magang di DPR. Sebenarnya sudah lama sekali berangan ingin sampai disini semenjak bangku kuliah, tapi tidak ada kata terlambat atau terlambat tidak soal daripada tidak ^_^. Bingung (bak orang baru) pertama kali turun becak menginjakkan kaki di halaman Mahesa English Course melihat banyak orang berlalu lalang menggendong tas dan membawa beberapa buku. Duduk tenang sambil menunggu jemputan teman yang lebih dulu tinggal disini selama 5 bulan.

Perasaan suram mulai terhapus saat melihat datangnya yasir beserta temannya menghampiri dan membawa saya ke kostannya. Dikenalkan dengan teman-temannya, wow... sepertinya terlihat expert dalam bahasa inggris masing-masing dari mereka. tempelan-tempelan tulisan menghiasi tembok, papan tulis, kertas-kertas dan buku-buku yang berceceran di meja semua berbau inggris yang membayangkan sebuah keseriusan dalam belajar.

Dengan harapan besar saya tekadkan untuk serius belajar. Keesokan harinya saya didaftarkan  di sebuah asrama ACCESS English Area. Prasangka awal, para penghuni asrama sudah 'gape' speaking english. Sebagai pendatang baru yang nol urusan bahasa inggris bisa belajar dari teman-teman, ternyata mindset berfikir dari temen-temen pare rata-rata sama dengan saya, nasib sama dengan skill terbatas.

Studying Hard

Terdapat beberapa program yang ditawarkan, mulai dari setoran hafalan idiom saat jam subuh, kelas pronunciation jam 08.00 pagi, study club ba'da maghrib dan discuss ba'da isya -padat juga ya..!-. Belum cukup, ikut kelas speaking 1 jam 09.30 pagi di Access serta ikut kelas grammar di Smart ILC 3x pertemuan/hari jam 10.00-11.30, 11.30-13.00 dan 16.30-18.00. Ngoyo dan greget memang, kalau tidak jadinya gregetan (ha ha ha..), full day pokoknya ketemu inggris. Selama dua bulan saya jalani dengan semangat membara di access. Lumayan, sudah mulai lancar conversation walaupun vocabulary & grammar masih banyak yang ngaco. Suasana bersahaja saya jalani dengan perasaan senang saya jalani disini. Sempat juga ambil kursus beberapa kelas grammar di Kresna English Course.

2 bulan berlalu begitu lelah, otak merasa overload akhirnya memutuskan untuk pindah ke kost biasa. Memutuskan konsen belajar grammar karena semakin lama semakin berat materinya dan banyak hafalannya -wuih...-.

Banyak cerita menarik yang tidak mungkin semua dapat dicover dalam tulisan ini. Terlalu percaya diri dengan skill minim sehingga ditertawai teman-teman saat discuss, mengaku lulusan SMA karena malu bahwa teman-teman lain banyak yang lulusan SMP dan SMA, bersembunyi dibalik pintu saat operasi subuh, kelaparan beberapa hari karena uang saku habis -sedihnya-.

Bersambung...

0 Comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

My Instagram