Jumat, 07 November 2008

Tidak Aman Adalah Kenyamanan



Beberapa hari belakangan, kantor serasa agak lengang. Bagi saya, walaupun kesibukan tambah padat tidak seperti hari-hari biasanya, namun dikarenakan bapak direktur sedang ambil cuti nikah beberapa hari, membuat ada sedikit spirit kerja yang berkurang (mungkin jiwa karyawan masih hinggap sebagian). Untuk beberapa hal, perasaan enggan karena tidak enak hati jika harus mengkonfirmasikan urusan-urusan kerja ke direktur yang sedang 'on the hoy' menikmati bulan madu membuat saya harus mengambil keputusan sendiri, tim kerja juga dirasakan belum solid.

Perasaan tidak aman selalu menghinggapi disetiap aktivitas pekerjaan ini, maklumlah profesi sebagai sales untuk produk high-end. Misalnya ketika bertemu client, sebagai frontliner saya harus bisa menjelaskan produk yang ingin dipresentasikan walaupun produk tersebut baru saja saya kenal karena ada inquiry untuk hal tersebut. Belum selesai disitu, jika berlanjut, saya mempelajari kembali bagaimana kontrak kerja dan mengurus distribusi dari supplier. Terbayang bagamana jika terjadi miss communication? I'm alone.

Tidak aman itulah kenyamanan, kalau bahasa prokemnya mungkin orang yang selalu mencari tantangan. Majority lead untuk setiap aktivitas kerja merupakan beban sekaligus kepercayaan yang harus selalu dijaga. Menyikapi hal itu saya sangat sadar akan kompleksitas dalam benak yang dianggap proses dinamisasi. Eksesnya jadi begitu santai saat tidak ada inquiry tapi bisa sampai overtime ketika menumpuk.

Berpikir Putar Haluan

Sempat berpikir untuk 'banting setir' mencoba dengan pekerjaan yang sesuai dengan disiplin ilmu kuliah -akuntansi-, sepertinya saya tidak bisa bisa membayangkan menjadi orang kantoran yang berada dibelakang meja fullday. Itulah salah satu alasan kuat kenapa saya tetap disini, karena dapat mengatur dan memimpin pekerjaan sendiri disamping banyak waktu luang untuk menimba ilmu lewat akses internet unlimited kantor.

Tidak bersyukur jika saya merasa pendapatan tidak mencukupi dibanding teman-teman kuliah seangkatan. Tapi, itulah proses, setiap orang memiliki jenjang karir sendiri. Mungkin kebun tetangga terlihat lebih baik, namun kenyamanan kerja merupakan prioritas sehingga kita tidak teralienasi terhadap pekerjaan sendiri.

Kesempatan Dalam Fasilitas

Entah apakah benar pertimbangan bahwa pekerjaan saya memang membutuhkan laptop. Pasca rusaknya laptop saya, direktur langsung merencanakan penggantiannya & saat inilah disibukkan untuk mencari laptop baru berbarengan dengan planning kebutuhan kantor yang lain. Pantas tidak pantas dengan sedikit rasa malu karena merasa belum memberikan kontribusi yang berarti untuk perusahaan disamping kegembiraan bakal memiliki teman pengganti yang belum lama ini rusak.

Pada akhirnya, etos kerja dan berpikir cerdas harus dibuktikan sampai pada saatnya penghargaan akan terlontar dengan sendirinya kepada kita. Tidak bisa diminta ataupun dibuat, penghargaan adalah refleksi dari pancaran karya dan ketulusan.

Saling bantu untuk mengingatkan,
Khoirukum anfa'ahum linnaas

Dadang's Home
Cikarang, 02-11-08

0 Comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

My Instagram