
Hanyut atas kenyamanan aktivitas membuat seseorang -mungkin- harus merevaluasi kemana jenjang hidupnya diarahkan. Kewajiban diri yang sudah terlanjur melekat layaknya disusun dengan skala prioritas disesuaikan dengan posisi dan status. Seorang bapak memiliki skala prioritas atas kewajiban keluarganya, begitu juga dengan guru, membuat kurikulum lebih didahulukan ketimbang study tour, atau seorang presiden yang wajib mendahulukan stabilitas perekonomian ketimbang kunjungan kenegaraan.
Sekitar dua setengah tahun lalu saat saya masih berstatus mahasiswa dengan beragam aktivitas organisasi yang sangat saya nikmati dibarengi kebiasaan nongkrong bareng teman-teman, rasanya itulah ideal yang saya rasakan. Suatu ketika tertegun sejenak, masih terngiang ucapan orang tua mengenai penyelesaian skripsi saya. Status dan posisi saya ternyata harus memprioritaskan untuk menyelesaikan skripsi. Saya yakin, setiap orang pernah merasakan bimbang atas jalan hidupnya.
Dalam Islam dikenal taubat atau taubatan nasuha, mungkin lebih transenden dibanding kata evaluasi yang memiliki esensi yang sama. Sadar akan kesalahan dan bertekad tidak mengulangi kembali. Evaluasi adalah proses membandingkan antara input, output dan hasil yang didapatkan disesuaikan dengan rencana dan standar yang ditentukan. Untuk kehidupan, evaluasi atas standar mencakup dari sisi mana kita mengukurnya, hal tersebut sangat relatif melihat baik dan buruknya. Paling tidak berawal dari posisi dan status lalu bias mengukur standard dan melakukan rencana-rencana baru yang dianggap paling mungkin dan pantas.
Seperti disinggung di awal, sepertinya evaluasi diri tidak dapat diaplikasikan sekali, selain berjalannya waktu yang berpeluang untuk semakin jauh dari standar dan terlena dengan kenyamanan atas hal tersebut, kita juga dituntut mengimprovisasi diri untuk membuat standar baru. Proses ini takkan berujung sampai hembusan nafas terkhir. Klimaks atas penyimpangan pasti terjadi. Jika tidak terselesaikan dengan kepala dingin untuk mengevaluasi, pada akhirnya akan mengalami stress.
0 Comments:
Posting Komentar