
Tulisan picik yang mungkin tidak berpretensi. Hanya mereview kembali rekaman diskusi-diskusi dan bacaan-bacaan masa lalu -sudah sangat lama-.
Itulah sedikit gambaran mengenai fantasi nilai 'kecantikan'. Parameter kecantikan semakin kolektif dan mengikuti arus kapitalisme. Bayangkan jika sebagian besar hidup perempuan hanya berkutat pada masalah diet & bentuk tubuh tidak sempurna menyesuaikan kecantikan yang secara normatif distandarisasikan melalui majalah, televisi dan media-media lainnya.
Bahaya yang ditimbulkan dari pemakaian silikon, penyimpangan pola makan berlebihan yang dapat mengakibatkan anorexia, operasi plastik, adalah beberapa contoh bahaya ketidak-percayaan atas dirinya. Sampai saat ini banyak sekali iklan dengan mimpi yang berlebihan tanpa informasi yang akurat mengenai ekses buruk yang mungkin terjadi, hal tersebut sama dengan 'kebohongan publik'. Dengan gencar iklan tersebut membuat image-nya masing-masing.
Kalau kita flashback dan masih berlaku saat ini -walaupun mulai mengikis-, kita akui bahwa ukuran kecantikan disetiap daerah sampai antar negara pasti berbeda. Di jawa, perempuan dengan pinggul montok dianggap sangat memikat, lain halnya di nigeria, leher panjang adalah simbol kecantikan. Kita tidak harus melulu terjebak dalam budaya populer. Setiap insan memiliki citra dan budayanya masing-masing, itulah yang seharusnya dipertahankan. Tidak larut dalam stigma nilai "Miss World" dan menjadi diri sendiri mungkin lebih baik diikuti dengan pembuktian karya dan sikap yang merupakan pancaran innerbeauty.
0 Comments:
Posting Komentar